You Are Reading

0

NASA Akui Peran Muslim Dalam Sejarah Matematika Dan Sains

Aldiy Ibn Abdullah Senin, 14 Maret 2011
WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Al Jazeera bulan lalu, Charles Bolden, administrator NASA saat ini, melontarkan pernyataan yang mengejutkan.
Dia mengungkapkan bahwa Presiden Obama memberinya tiga tugas utama sebagai administrator NASA termasuk di antaranya adalah menumbuhkan rasa tertarik anak-anak pada matematika dan ilmu pengetahuan, memperluas hubungan internasional, "dan yang paling utama adalah dia ingin saya menemukan cara untuk menjangkau dunia Muslim dan lebih terlibat dengan negara-negara Muslim untuk membantu mereka merasa bangga pada kontribusi bersejarah mereka dalam ilmu pengetahuan, matematika, dan teknik."
Tugas yang terakhir itu menimbulkan keributan karena NASA dikenal sebagai sebuah badan sains bukan diplomasi. Situs web NASA menyebutkan bahwa "misi NASA adalah untuk merintis masa depan dalam penjelajahan ruang angkasa, penemuan ilmiah, dan penelitian penerbangan." Itu adalah misi yang cukup berbeda dari tugas asli Bolden.
Meskipun Bolden tidak memberikan contoh kontribusi dunia Muslim dalam ilmu pengetahuan dan matematika, pilihannya terhadap kata "bersejarah" adalah tepat.  Sebagian besar kontribusi besar dunia Muslim dalam ilmu pengetahuan dan matematika muncul sebelum abad 16 M.
Kontribusi utama dalam matematika adalah pengenalan angka nol oleh Muhammad bin Ahmad di tahun 967 M dan perkembangan serta evolusi Aljabar di abad 11.
Kemajuan kaum Muslim dalam ilmu pengetahuan melalui abad 13 sangat mengesankan jika klaim yang dibuat oleh Dr. K. Ajram dalam bukunya, "Keajaiban Ilmu Pengetahuan Islam", akurat. Ajram memuji kaum Muslim dengan prestasi yang biasanya dihubungkan dengan Barat. Kontribusi terbaru kaum Muslim adalah penggunaan pendulum dalam jam di abad 15.
Sebagian besar praktik medis dan ilmiah seperti penggunaan anestesi dalam pembedahan, tulis Ajram, muncul antara abad 12 dan 13.
Akan tidak adil dan tidak akurat untuk menyisipkan bahwa ilmuwan dan ahli matematika Arab atau Muslim tidak berkontribusi dalam bidang tersebut hari ini. Bahkan tanpa pembangunan harga diri oleh administrator NASA yang baru, kaum Muslim dari negara-negara seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Syiria telah menemukan diri mereka tertarik pada program luar angkasa.
Penelitian dan penemuan terjadi di seluruh dunia, tapi bagi NASA untuk menjangkau terutama kaum Muslim tampaknya lebih kepada keputusan politik alih-alih keputusan logis. NASA harus mencari sumber daya terbaik dan terpandai di mana pun mereka bisa ditemukan, dan apapun agama yang mereka anut. (rin/ex) www.suaramedia.com

ENTRI TERKAIT

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 JalurIslam